Potensi Politis Ada di Muhammadiyah
Opini Potensi Politis Ada di Muhammadiyah
Mursalim, Sekretaris Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) DPD Sulawesi Barat
Dampak besar yang akan ditimbulkan Muhammadiyah jika menyatakan diri sebagai gerakan politik walaupun secara tidak langsung, yaitu mundurnya peradaban atau tradisi Muhammadiyah itu sendiri sebagai Organisasi Masyarakat (Ormas) yang paling Demokrasi.
Bagaimana tidak, Organisasi Kemasyarakatan Keagamaan seperti Muhammadiyah yang paling besar potensinya untuk dijadikan proses politik termasuk Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 dan juga Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) setelahnya, dengan proses kampanye yang membutuhkan Massa terakomodir.
Hal ini sangat mudah bagi Pimpinan Muhammadiyah lakukan jika itu benar terjadi, ini bukan tanpa alasan bahwa ke tokohan seorang pimpinan, anggota, organisasi otonom (ortom) dan amal usahanya yang kian hari semakin menunjukkan kuantitas keanggotan yang bertambah dan punya kultur yang sama, sebab punya ide dan gagasan yang sama pula melihat fenomena yang terjadi termasuk momentum Politik.
Dengan instruktur yang cukup rapi serta ide dan gagasan yang sama, sangat memungkinkan untuk melakukan mobilisasi massa. Penulis pun tidak heran jika menjelang pemilu dan pilkada banyak anggota partai dan petinggi – petinggi partai yang mengunjungi kediaman Ketua Pimpinan Muhammadiyah dengan dalih silaturrahim, serta mohon restu untuk mencalonkan sebagai anggota eksekutif dan legislatif.
Potensi yang kedua, yaitu Muhammadiyah memiliki Cabang dan Ranting (Pengurus di Kecamatan dan Desa) ini lebih memungkinkan untuk diarahkan, sebab Akar Rumput seperti ini lebih masif secara kuantitas.
Tapi Muhammadiyah harus menyadari bahwa sedemikian besar proses politik antara ormas dan parpol akan lebih banyak menguntungkan parpol itu sendiri.
Sekalipun Muhammadiyah mengatakan kepada warganya kebebasan memilih ada di individual masing – masing warga, ini pun tidak bisa dipungkiri bahwa ikatan emosional dalam persyarikatan menjadi satu alasan mengapa momentum politik warga seakan sepekat dengan pimpinan diatasnya.
Terpenting adalah proses demokrasi bagaimana mendapatkan suara sebanyak – banyaknya, apalah arti “orang baik” jika pendukungnya sedikit, akan kalah dengan “penjahat” dengan pendukung yang banyak
Drs Tafsir M.Ag, 2011, “Jalan Lain Muhammadiyah”
Potensi selanjutnya adalah mobilisasi massa sangat diperhitungkan oleh parpol, sebab demokrasi dalam pemilu lebih banyak ditentukan oleh jumlah atau kuantitas daripada kualitas.
Dalam Konteks Muhammadiyah di Sulawesi Barat (Sulbar) secara instruktural mempunyai enam Pimpinan Daerah Muhammadiyah dan setiap Pimpinan Daerah mempunyai 5 – 10 atau bahkan lebih Pimpinan Cabang dan mempunyai Ranting atau Pengurus Muhammadiyah tingkat desa, dengan perhitungan seperti ini Muhammadiyah punya potensi untuk terlibat sacara masif dalam proses prakmatis seperti ini.
Belum lagi posisi ke tokohan dalam sebuah ormas keagamaan begitu diperhitungkan bukan hanya dekat secara instruktural melainkan karena emosional, kultural dan spritual. Tiga ikatan ini sangatlah kuat sebab tidak terikat oleh ruang dan waktu, besar kemungkinan kegiatan prakmatis dilakukan jika ini disadari oleh petinggi parpol bahwa ormas adalah sasaran yang paling memungkinkan untuk dijadikan Target Kampanye.
Dampak terburuk yang akan dirasakan oleh Muhammadiyah jika Pimpinan dan Tokoh-Tokoh Muhammadiyah ikut mengakomodir massa melalui Muhammadiyah adalah konflik antar parpol yang akan berdampak pada konflik horizontal dan kepentingan internal akan saling tumpang tindih antara kepentingan persyarikatan dan kepentingan individual.
Belum lagi berbicara simbol, simbol yang dimaksud adalah lambang dan logo ormas. jika ini digaunkan dalam proses kampanye bukan tidak mungkin ini menjadi daya tarik tersendiri bagi parpol yang menungganginya sekalipun itu dengan cara manipulatif. Penulis yakin, tidak mungkin secara terang – terangan dilakukan oleh pimpinan ormas seperti Muhammadiyah, tetapi potensi parpol melakukan kampanye menggunakan simbol dengan cara manipulatif tetap ada.
Sebab massa ormas sudah pasti riil, penuh solidaritas, emosional, dan dengan jumlah yang besar. Muhammadiyah sendiri punya instrumen serta prasarana untuk melakukan politik praktis dengan massa dan kekuatan emosional yang dia punya, hanya saja Muhammadiyah sejauh ini cukup komitmen dengan ideologinya bahwa semua yang dimilikinya adalah milik umat, tidak mudah dan tidak mungkin dimanfaatkan oleh segolongan umat saja apalagi parpol tertentu untuk kegiatan kampanye dan sejenisnya.
Namun, Potensi itu tetap saja ada.