Dari Teori Turun ke Praktik: Cerita Mahasiswa Psikologi UMK ketika PKL di SMP 2 Kaliwungu
Penulis Kaila Zelda Sakina (Jurusan Psikologi Universitas Muria Kudus)
Bukan hanya tentang huruf dan angka, pendidikan juga tentang membangun ketangguhan mental dan keterampilan menjalani hidup.
Pendidikan adalah usaha-usaha yang dilakukan secara sadar serta terencana demi mewujudkan keadaan belajar serta sistem evaluasi untuk anak atau peserta didik dengan aktif menumbuhkan kemampuan yang ada pada diri seseorang demi menumbuhkan pengetahuan spiritual, cara pengendalian diri, potensi kecerdasan, nilai-nilai kepribadian, akhlak serta keterampilan.
Pendidikan juga merupakan proses pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekumpulan manusia yang diwariskan dari satu generasi selanjutnya ke generasi selanjutnya melalui pelajaran, yang bertujuan untuk mengupayakan pendidikan secara efektif untuk dijadikan media penting guna mensukseskan pembangunan nasional.
Sebagai mahasiswa psikologi yang menjalani Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP 2 Kaliwungu, saya diberi kesempatan untuk melihat langsung bagaimana dinamika dunia pendidikan yang dapat memengaruhi kesejahteraan mental siswa.
Dalam waktu singkat, saya belajar bahwa menjadi pendukung bagi generasi muda adalah pengalaman yang penuh makna dan tantangan.
Salah satu tantangan serta hambatan datang dari pelaksanaan pembelajaran, salah satunya adalah kesulitan belajar membaca yang disebut disleksia. Disleksia adalah gangguan yang menyebabkan anak kesulitan membaca, menulis, dan mengeja kata atau kalimat (Haifa et. Al, (2020)).
Ada empat karakteristik anak penderita disleksia, yaitu kekeliruan mengenal, kekeliruan pemahaman, kebiasaan membaca, dan gejala-gejala lainnya.
Karakteristik penderita disleksia yaitu kesulitan dalam mengeja, ketidakmampuan objektivasi dan decoding dalam pembelajaran membaca, gangguan dalam pemaknaan bahasa, minim intonasi ketika membaca atau tidak memperhatikan tanda baca seperti koma dan titik, gangguan pengejaan, dan lain-lain (Dewi, 2020, p. 25).
Beberapa siswa dari SMP 2 Kaliwungu ada yang masih mengalami kesulitan dalam membaca, mengeja serta menulis. Siswa SMP 2 Kaliwungu yang mengalami disleksia diantaranya siswa kelas VII dan kelas VIII. Siswa tersebut berinisial A, N, dan F yang semuanya berjenis kelamin laki-laki.
Selama PKL di SMP 2 Kaliwungu, penulis ditempatkan di kantor BK. Semua kegiatan yang dilakukan oleh penulis mengikuti berdasarkan apa yang para guru BK tugaskan.
Tak hanya mengisi materi pada jam pelajaran BK di dalam kelas, tetapi sekaligus memberikan materi yang berkaitan dengan psikologi seperti psikoedukasi management stress, Johary Window, dan Expressive Writing.
Selain mengisi kegiatan pembelajaran dengan materi-materi dari BK ataupun dari segi psikologi, penulis juga memberikan games di sela-sela pembelajaran dengan mengajak para siswa untuk dapat belajar tentang apa itu team work.
Masalah yang ada dalam lingkungan PKL sangatlah kompleks. Tak hanya masalah pada satu siswa, ada juga yang datang dari sekelompok siswa dengan siswa lain (bullying). Selain bullying, banyak siswa yang merasakan ditinggal salah satu orangtuanya pergi jauh di perantauan dan harus menunggu sampai berbulan bulan agar dapat berkumpul kembali secara lengkap.
Referensi
Darmayanti, N., Hayati, N., Rohali, A., & Marpaung, Z. E. (2024). Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Disleksia. El-Mujtama: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(2), 884-892.
Hanifah, N., Rahayu, I., & Putra, D. A. K. (2023). Gangguan Aspek Morfologis dan Sintaksis pada Penderita Disleksia Usia 13 Tahun. Diglosia: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 6(1), 179-190.
Romadhan, V. I. S., Kusumawati, N., & Cahyaningtyas, T. I. (2024). PENERAPAN E-BOOK ABC UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA DISLEKSIA. Berajah Journal, 4(2), 461-470.
