Mengungkap Fakta : Uji Sederhana Pemanis Alami dan Buatan Proker KKN Mahasiswa Universitas Diponegoro

waktu baca 3 menit
Mahasiswa KKN Universitas Diponegoro saat memberikan mengenalkan dan mengajarkan tentang pemanis alami dan buatan kepada ibu-ibu PKK Dusun Dukuh, Desa Kaling, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.

Dilansir dari kemenkes.go.id, sebanyak 28,7 % masyarakat Indonesia mengonsumsi Gula Garam Lemak (GGL) secara berlebihan. Sebanyak 61,27% penduduk Indonesia dengan usia 3 tahun ke atas mengonsumsi minuman manis lebih dari satu kali sehari dan 30,22% masyarakat Indonesia mengonsumsi minuman manis 1-6 kali perminggu.

Hal ini membuat Indonesia menduduki peringkat kelima negara dengan jumlah diabetes terbanyak dengan 19,5 juta penderita di tahun 2021 dan diprediksi akan menjadi 28,6 juta pada 2045. Berkaitan dengan hal ini, pengenalan dan pemahaman akan gula sangat diperlukan oleh masyarakat Indonesia.

Tim II KKN Universitas Diponegoro 2023/2024 yang ditugaskan di Desa Kaling, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten karanganyar mengenalkan dan mengajarkan tentang pemanis alami dan buatan kepada ibu-ibu PKK Dusun Dukuh, Desa Kaling, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.

Kegiatan ini merupakan hasil kerja sama antara mahasiswi Teknologi Pangan, Fiana Agistha Rahmanissa dan mahasiswi Fisika, Khairun Nida. Edukasi itu diselenggarakan pada hari Jumat, 19 Juli 2024 dan dihadiri oleh lebih dari 30 ibu-ibu PKK.

Gambar 1 Kegiatan percobaan uji iodin kepada ibu-ibu PKK.

Pada makanan dan minuman, terdapat dua jenis pemanis, yaitu pemanis alami dan buatan. Pemanis alami umumnya berasal dari tumbuhan seperti tebu, nektar, ekstrak daun stevia, jagung, gula kelapa, dll. Umumnya, pemanis alami mudah dicerna oleh tubuh menjadi energi. Namun, pemanis alami memiliki kalori yang tinggi sehingga berpotensi sebagai penyebab obesitas dan diabetes.

Berbeda dengan pemanis alami, pemanis buatan digadang-gadang sebagai alternatif pemanis untuk penderita diabetes. Pemanis buatan seperti aspartam, sakarin, acesulfame, dan sukralosa memiliki kalori yang rendah (bahkan mendekati nol). Namun, apakah pemanis buatan benar-benar menjadi solusi yang tepat?

Konsumsi pemanis buatan yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan metabolisme dan saraf, menyebabkan ketergantungan, serta bersifat karsinogenik. Senyawa pemanis buatan tidak dapat dipecah dan dicerna oleh tubuh sehingga tidak dapat memberikan energi tambahan.

Lantas, bagaimana cara mengetahui makanan dan minuman yang kita konsumsi mengandung pemanis jenis apa?

Salah satu perbedaan antara pemanis alami dan buatan adalah sumber senyawanya. Pemanis alami merupakan turunan dari karbohidrat seperti sukrosa, glukosa, dan fruktosa. Sedangkan pemanis buatan bukan berasal dari turunan karbohidrat. Oleh karena itu, salah satu metode yang dapat digunakan untuk membedakan kedua pemanis ini adalah uji Iodin; biasanya digunakan untuk mendeteksi keberadaan karbohidrat dan turunannya. Berikut tahapan melakukan uji Iodin sendiri di rumah:

Alat dan bahan:

  1. Obat merah
  2. Larutan maizena
  3. Sendok
  4. Cup kecil
  5. Larutan gula (kontrol positif)
  6. Minuman manis yang akan diuji

Metode:

  1. Campurkan dua sendok makan larutan maizena ke dalam larutan gula dan minuman lain, aduk.
  2. Tambahkan tiga tetes obat merah, aduk.
  3. Amati perubahan warna yang terjadi pada larutan

Apabila larutan berubah warna menjadi ungu-kehitaman, maka larutan tersebut mengandung pemanis alami. Perubahan warna tersebut disebabkan oleh interaksi antara iodin dengan turunan karbohidrat. Pemanis buatan yang tidak mengandung turunan karbohidrat tidak akan mengalami perubahan warna.

Gambar 2 Foto sebelum dan sesudah uji iodin pada teh kemasan (kiri), larutan gula (tengah), dan minuman bersoda (kanan).

Hasil pengujian menggunakan iodin tidak dapat digunakan untuk membedakan jenis pemanis secara akurat. Keberadaan komponen lain dapat merubah hasil pengujian. Untuk mengetahui jenis pemanis alami dan buatan dapat dilihat melalui tabel AKG atau komposisi yang tertera pada kemasan.

  • Penulis: Khairun Nida
  • DPL: Dr. Ari Prima, S.Pt.,M.Si