Webinar ASN BPSDM Sulbar, Bahas Penanganan Stunting Lewat Pendekatan 4K

waktu baca 3 menit

Mamuju – Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Sulbar kembali melaksanakan Webinar ASN Kreatif. Kali ini sudah memasuki seri ke-34 dan membahas penanganan stunting.

Kegiatan itu berlangsung secara daring dan mengusung tema “Ayo ke Posyandu, Cegah Stunting Kita Bisa.” Webinar diikuti 513 orang peserta melalui virtual zoom meeting dan kanal youtube BPSDM Sulbar.

Peserta berasal dari berbagai daerah, mulai dari Sulbar, Sumatera Barat, Gorontalo, Langsa-Aceh, Manado, dan daerah lainnya.

Tema itu dipilih lantaran masih tingginya angka stunting dan kurangnya minat masyarakat untuk datang ke posyandu.

Webinar itu hadir untuk memberikan informasi tentang upaya penanganan stunting dengan pendekatan Kenali, Ketahui, Kendalikan, dan Khatamkan atau 4K.

Stunting di Sulbar dan menjadi upaya sajian yang interaktif dan edukatif, dalam pendalaman tentang apa, bagaimana dan mengapa, wujud pelaksanaan Gerakan Ayo ke Posyandu, dan konkret pelaksanaan program pemerintah ini,” ujar Kepala BPSDM Sulbar, Farid Wajdi, saat opening speech.

Dalam Webinar itu, BPSDM Sulbar menghadirkan narasumber yang kompeten di bidangnya, yaitu Pakar Gizi, Prof. Abdul Razak Thaha dan Lurah Baurung, Kabupaten Majene, Saddam Husein sebagai praktisi.

Prof. Abdul Razak Thaha, memaparkan tentang upaya percepatan penurunan angka stunting. Dia menjelaskan tentang proses pertumbuhan yang sama pada usia 5 tahun, namun hasilnya berbeda di negara lain.

Dijelaskan pula, berdasarkan data BBC News mendeskripsikan tentang adopsi anak 4 bulan dibesarkan di Belanda, dan disaat usia 40 tahun dan melalui test genetic dengan akurasi 99,99996 persen.

“Stunting adalah sindroma gagal tumbuh pada anak adalah akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, serta stimulasi psikologis yang tidak memadai terutama 1000 hari pertama kehidupan sehingga anak lebih pendek untuk usianya,” paparnya.

Kerangka pikir penyebab stunting; asupan gizi, asuhan anak dan status kesehatan, yang akan menghasilkan penyebab langsung dan tidak langsung, proses dan persyaratan pendukung, dampak yang ditimbulkan dalam jangka pendek, menengah dan panjang, gagal tumbuh, hambatan perkembangan kognitif dan motoric, gangguan metabolism pada usia dewasa.

“Potensi kerugian ekonomi setiap tahunnya 2-3 persen dari GDP, dan potensi kerugian 260-390 triliun/tahun, keuntungan ekonominya menjadi 48 kali lipat,” terang Prof. Abdul.

Sebagai strategi utama dalam percepatan penurunan stunting adalah koordinasi pentahelix dan fokus pada penanganan wasting-nya.

“Bukan pada stunting-nya tanpa mengabaikan miss opportunities, seperti miss op pranikah, miss op pelayanan bumil, miss op ASI ekslusif dan miss op ASI+MPASI+Imunisasi+PMT,” bebernya.

Selanjutnya, narasumber kedua, Saddam Husein, Lurah Kelurahan Baurung Kabupaten Majene mendeskripsikan pengalamannya dalam penanggulangan stunting di dalam wilayah kerjanya, terlebih dahulu menjabarkan latar belakang kendala penanganan stunting, dengan suara penuh semangat.

“Masih banyak balita yang tidak tercantum dalam data, dan belum terdeteksi ke dalam data sasaran Posyandu, rendahnya angka balita ditimbang di Posyandu, masih rendahnya keaktifan Posyandu di dalam wilayah, rendahnya keaktifan dan kesadaran masyarakat utamanya orang tua sasaran dalam menggerakan sasaran ke Posyandu, kurangnya intervensi pemerintah, titik titik tumpu pada pemerinta provinsi dan kabupaten, dan pada pemerintahan di level melakukan penanganan secara langsung, kurangnya kepedulian, perhatian dan pembinaan terhadap kader Posyandu,” tandasnya.

Dijelaskannya pula strategi yang dilakukannya, yakni harus dilakukan perencanaan sesuai pemetaan permasalahan, inovasi, membuat gerakan cepat dalam penanganan stunting dan evaluasi keanggotaan sesuatu dan pendataan sesuatu sasaran.

“Dilakukan workshop, pemberian reword, dan pelaksanaan edukasi untuk ke Posyandu, dan melaksanakan rapat rutin,” ungkapnya.

Dia juga memberikan deskripsi capaiannya yaitu kehadiran saran mencapai 100,” dan tersedia data yang akurat, dan forum mampu melahirkan anak-anak muda kreatif dan peduli gerakan Posyandu, dan melakukan publikasi melalui channel youtube, snack video, dan edukasi lanjutanya. (rilis)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *